Nah, sebagai ajang pembuktian, coba BBN dikomparasi dengan Premium. Pertimbangannya BBN harusnya lebih bagus dibanding Premium yang oktanya hanya 90. Untuk itu coba dites di Yamaha Jupiter-Z, motor lokal yang diproduksi masal. Menggunakan dynotest merek Dynojet 250 milik BRT (Bintang Racing Team).
POWER LEBIH
Hasil yang sulit dipercaya! Masak sih bahan bakar yang katanya cuma Rp 1.500 bisa mengalahkan Premium yang bersubsidi dijual Rp 4.500. Tapi, mau bilang apa? Ini fakta! Hasil pengujian bisa dilihat sendiri di grafik.
Baik itu bicara power alias tenaga, juga torsi. BBN mampu mengalahkan Premium hingga 0,37 daya kuda (dk). Bukti berkata, power maksimal yang diberikan BBN sanggup memuntahkan tenaga hingga 7,71 dk. Bahkan tenaga puncak itu didapat lebih awal ketimbang Premium. Ya, peak power dicapai di angka 7.800–8.400 rpm.
Ini, jelas beda dengan Premium yang cuma menyemburkan tenaga sekitar 7,34 dk. Selain kalah power, Premium juga mengharuskan sobat memutar grip gas lebih lama ketimbang plankton. Karena tenaga yang diberikan Premium memuncak di angka 8.700–9.100 rpm.
Lambat ‘memanasnya’ Premium jelas sedikit memberikan kerugian buat yang butuh tenaga ekstra cepat dan suka gantung rpm. Artinya power yang dibutuhkan lambat sampai. Begitupun hasil pengukuran torsi. Maksudnya Premium kudu mengakui kehebatan bahan bakar ‘instan’.
Sebabe, torsi yang diberikan Premium terpaut 0,25 ft-lbs (0,34 Nm) di bawah biota. Ya, berdasarkan hasil yang diberikan, Premium hanya mampu naik hingga 5,42 ft-lbs (7,35 Nm). Sedang biota sanggup naik lagi hingga angka akhirnya berhenti di 5,67 ft-lbs (7,69 Nm).
Sekali lagi, wuih... Hasil yang sulit dipercaya. Dalam benak Em-Plus sendiri juga bertanya-tanya, lho. Akhirnya diputuskan buat tes berikutnya. Gimana kalau adu performa dilanjutkan jika Jupiter-Z pakai knalpot racing?
Meski hasilnya nggak terlalu jauh ketimbang knalpot standar, tetap saja Premium kalah. Ya, Premium hanya bisa semburkan tenaga hingga 8,05 dk dengan torsi maksimum di 5,61 ft-lbs (7,6 Nm).
Boleh dibanding dengan biota yang unggul dengan tenaga akhir di 8,21 dk dengan torsi maksimal di 5,77 ft-lbs (7,8 Nm). Itu artinya tenaga Premium kalah 0,16 dk, ketimbang plankton. Sedang torsinya, juga kalah 0,16 ft-lbs (0,22 Nm). Wuih...
BBM LEBIH IRIT
Dalam komparasi BBN dan Premium, juga dilakukan uji analisis air fuel ratio atau AFR. Artinya perbandingan pemakaian bahan bakar dan udara. Secara teori, pembakaran sempurna diperlukan 1 molekul bahan bakar dan 14 molekul udara. Akan terbakar tuntas dan tidak menyisakan kerak. AFR-nya 1/14.
Perlu diketahui, dalam pengujian AFR harus menggunakan knalpot racing. Supaya sensor AFR bisa dipasang masuk di dalam silencer. Kalau knalpot standar susah pasang sensornya.
Dari hasil pengujian, menggunakan Premium grafik AFR berwarna merah. Sedang pakai BBN biru. Bisa dianalisis, garis merah (Premium) selalu di atas biru (BBN). Artinya AFR Premium lebih kecil atau tipis. Perbandingan miskin bensin namanya. Ruang bakar dan kepala busi cenderung kering.
Berbeda dengan BBN (biru) yang garisnya di bawah merah. Artinya AFR lebih besar atau perbandingan kaya. Artinya kaya bensin. Contoh pada gasingan 6.000 rpm. Menggunakan Premium AFR-nya 1/12. Sedang BBN AFR-nya 1/11,5. Artinya memakai Premium oksigen 12 molekul, sedang pakai BBN oksigen hanya 11,5. Berarti menggunakan BBN sedikit oksigen tapi banyak bahan bakar.
Sehingga menggunakan BBN ruang bakar cenderung berkerak dan kotor. “Petanda spuyer minta dikecilkan. Artinya menggunakan BBN lebih irit,” jelas Tomy Huang, bos Bintang Racing Team yang ikut menyaksikan pengetesan.
Menurut Tomy Huang, menggunakan BBN spuyer bisa turun 2 step lebih. Seperti di Jupiter-Z yang asalnya main-jet 105 bisa turun 100 atau bahkan 95. “Selain lebih irit, juga pasti akan lebih bertenaga,” jelas Tomy yang penemu CDI Cibinong alias BRT itu.
Pak Tomy juga memberi solusi jitu lain. Kalau tidak mau mengganti spuyer bisa saja. Caranya derajat pengapian dimajukan 2 sampai 4 derajat. Misalnya Jupiter-Z asalnya timing pengapian di gasingan atas 32 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). Bisa diset 34 atau 36 sebelum TMA.
Untuk seting timing pengapian bisa pakai CDI racing kohar (korek harian). “Rata-rata CDI kohar timing pengapiannya sudah maju 2 derajat. Sehingga pembakaran lebih bersih dan sempurna,” jelas Tomy.
UJI PENGUAPAN
ari pengakuan sang penemu BBN setara Pertamax. Artinya lebih cepat menguap dibanding Premium. Untuk itu coba juga tes penguapan kedua bahan bakar beda asal itu. Diteteskan di atas kertas putih, mana yang lebih cepat menguap.
Tes ini bisa mengetahui penguapan secara awam. BBN menguap dan hilang dari kertas putih dalam waktu 1 menit 12 detik. Sedang Premium butuh waktu lebih lama, tepatnya 1 menit 29 detik.
1 komentar:
Sukses acaranya di tv one hari sabtu kemaren ya mas.....semoga energi murah cepat didapat bangsa ini demi percepatan kemajuan bangsa kita...amin...sukses pemilihan presiden tahun 2009 nanti ya mas....
Posting Komentar