Bila kita mendengar pesisir pantai pasti bayangan kita tertuju pada sebuah lahan pasir yang terhampar luas dipinggiran pantai, tandus dan berangin kencang. Dan biasanya tidak ada satu tanaman pun yang bisa tumbuh dengan baik disana. Namun kenyataan itu bertolak belakang bila kita mengunjungi lahan pesisir pantai di Kulonprogo Jogjakarta. Lewat rekayasa teknologi pertanian, lahan pesisir pantai yang tadinya tandus berubah menjadi kawasan yang subur untuk bercocok tanam. Hal ini ditunjang dengan tersedianya sumber pengairan air tawar yang berasal dari kali Progo dan Bugunto yang meresap pada lahan pasir dengan kedalaman 1,5 - 5 meter.
Panjang garis pantai yang merupakan lahan pesisir pantai di Kulonprogo mencapai 22 km dengan lebar 1,8 km atau luas keseluruhan mencapai 3.000 H dan bisa menyerap tenaga kerja kurang lebih 15.000 orang. Namun sayang ketenangan petani penggarap tanah yang berstatus Pakualaman Ground itu kini terusik dengan rencana pemerintah Daerah Istimewa Jogjakarta dan pemda Kulonprogo yang telah "menjual" lahan tersebut kepada investor asing untuk dijadikan tambang Pasir Besi.
Rencana penambangan pasir besi tersebut membuat gerah para pihak, terutama pihak Fakultas Pertanian UGM yang telah lama melakukan pendampingan. Selain itu, BUNG AK juga dibuat geram oleh rencana penambangan pasir besi tersebut. Sebab selama ini BUNG AK telah melakukan serangkaian penelitian untuk menanam tanaman keras dilahan tersebut. Selama ini petani hanya menanam tanaman semusim seperti semangka, cabe, sayuran, kacang tanah, bawang merah.
Ditangan BUNG AK lahan yan tadinya tandus bisa ditanami pohon sawo, pepaya, jeruk, kurma, kelengkeng, dll. Selain itu Bung AK juga menanam Padi, Sayuran, Kacang Tanah. Namun demikian cara budidaya yang berbeda. Terutama menyangkut rekayasa lahan pasir agar tanaman bisa tumbuh subur. Seperti diketahui lahan pasir pada umumnya tidak akan bisa menyimpan air begitu disirami. Untuk mengatasi kendala ini biasanya petani melakukan penyiraman tiap hari. Supaya tidak meyirami tanaman tiap hari, BUNG AK melapisi lahan tanam dengan plastik dibawahnya supaya air tertampung disitu.
Hasil rekayasa tersebut sebenarnya cukup baik, namun daya tahan plastik tersebut tidak tahan lama. Kondisi ini membuat BUNG AK memutar otak bagaiman caranya pasir tersebut bisa mengikat air. Sehingga ketika lahan pasir tersebut diairi tidak cepat kering. Lahan pasir tetap menjadi basah. Hasil penelitian itu kini telah diujicobakan untuk beberapa tanaman. Dari hasil pengamatan sementara petani dilahan pasir tidak harus menyirami lahannya tiap hari. Cukup 2 kali sehari. Bahkan bila hujan dengan intensitas yang lama dan cukup deras, petani bisa tidak mengairi lahan pasirnya selama 4 hari.
Selasa, Maret 11, 2008
Langganan:
Postingan (Atom)